header ads

MenCINTAi Hingga terLUKA...

Suatu hari, Bunda Teresa berkeliling dari gang ke gang di
kampung-kampung Calcutta.

”Bunda Teresa!” , teriak seorang pengemis
yang sambil menggesotkan kakinya mendekat pada Bunda Teresa.

”Ini untukmu. Aku ingin memberikannya padamu,”
kata pengemis itu sambil memberikan semangkuk uang receh rupee hasil jerih payahnya mengemis hari itu.

Mother Teresa menolak halus dan
berkata,”Mengapa, Bu? Bukankah
ini untuk makan ibu hari ini?”

Pengemis itu memandang Bunda Teresa dengan
mata berkaca-kaca. Dia memang belum makan dari pagi. Teresa memperhatikan baju
yang lusuh dan kulit berbalut tulang yang berlutut di depannya. Bunda Teresa
mendekat.

”Tapi, Bunda”, bujuk pengemis itu, ” ada
yang jauh lebih menderita dri pada aku. Terimalah, Bunda. Berikan uang ini
kepadanya.”, kata si pengemis itu penuh harap.

Bunda Teresa tidak berani menolak. ”Baik,
baik. Aku terima. Terimakasih”, ucap Bunda Teresa, menepuk bahu pengemis itu,
tanda menghargai jerih payahnya.

Satu pesan dia tangkap dari hadiah sang
pengemis itu. Betapa ia memberikan hartanya dengan segala cinta demi
membahagiakan orang lain. Inilah mencintai sampai terluka. Pengemis itu tidak
mengindahkan keringat, keletihan dan luka goresan di jalanan berdebu dan panas,
yang dialaminya hari itu. Ia memberikan dengan cintanya.

Memberikan dengan cinta juga di lakukan
Yesus. Ia tidak menghiraukan harga diri-Nya demi kita manusia. Semua
dilakukan-Nya dengan taat, demi rencana Allah untuk keselamatan manusia yang
masih berdosa ini. Relasi dengan kisah di atas adalah : kadangkala kita pun
harus mengalami hal yang meyesakkan hati, luka jiwa dan beban yang semestinya
tidak kita tanggung: perlakuan semena-mena dari pasangan, membesarkan anak
pecandu narkoba, mendampingi suami yang penjudi, menjadi guru seorang anak yang
berjiwa pemberontak, dan sebagainya. Namun, tetaplah bertahan jika memang kita harus melalui jalan demikian.

(Disadur dari Buku Mencinta Hingga Terluka)