Kasih itu mengalir dengan derasnya dari seorang wanita bernama Bunda Teresa
Seperti sebuah lilin ditempat kegelapan cahaya cinta dan kasihnya terpancar terus dan terus menerus hingga kini. Kasih itu mengena kepada siapa saja tidak memandang suku, agama, status sosial, usia dan jenis kelamin.
Bunda Teresa selama hidupnya mengabdikan diri dalam misi kemanusiaan yaitu untuk memanusiakan manusia. Wanita inilah yang kemudian menjadi Inspirasi dalam hidupku. Karya dan perjalanan hidup Bunda Teresa menjadi sebuah nasehat yang mengikutiku kemanapun aku pergi dan menjauhkan aku dari perbuatan amoral dan tidak berperikemanusiaan. Ajaran-ajaran bunda Teresa seperti sebuah jarum yang tajam yang menusuk disanubariku. Aku sering sekali terdiam sendiri ketika membaca ungkapan-ungkapan bunda Teresa. Bunda Teresa juga memberikanku pelajaran bagaimana sebenarnya menjadi orang katolik yang baik dan benar. Sebelum mengenal Bunda Teresa aku hanya menjalani ritual agama itu semengertinya aku, hingga aku mengenal bunda Teresa aku mengetahui bagaimana sikap orang katolik dalam kehidupan gereja, agama dan dunia. Sejak saat inilah aku menjadikan Bunda Teresa selalu menjadi inspirasi dalam hidupku.
Bunda Teresa lahir pada tanggal 27 Agustus 1910 di Skopje Yugoslavia dan meninggal pada 5 September 1997 di Kolkata India. Bunda Teresa adalah seorang wanita yang sangat sederhana namun menciptakan hal-hal yang sangat luar biasa. Pilihan hidupnya adalah pilihan hidup yang sangat sulit.
Ketika semua orang berlomba-lomba bahkan cenderung menghalalkan segala cara untuk membahagiakan diri dengan materi dan harta kekayaan yang berlimpah, Bunda Teresa memilih untuk pergi kepemukiman orang-orang miskin dan dina terpinggirkan, untuk hidup berdampingan dengan orang-orang miskin.
Kami tidak pernah mendapatkan uang sepeserpun dari apa yang kami lakukan, kami hanya melakukan semua ini untuk Tuhan”. Inilah ungkapan Bunda Teresa ketika banyak orang bertanya motivasi apa yang dimilki oleh Bunda Teresa untuk mau hidup dengan orang-orang miskin.
Sebagai seorang biarawati Katolik, Bunda Teresa menjauhkan kerja-kerjanya dari Katolikisasi ( Mengajak seseorang dengan alasan apapun untuk masuk dalam gereja Katolik ). Namun Bunda Teresa memegang teguh doktrin dan ketaatannya pada gereja Katolik Roma. Hal ini terbukti saat Bunda Teresa mendapat Nobel Perdamaian Dunia atas karya dan perjuangannya pada saat terjadi perang saudara di Kalkuta India banyak wartawan dunia bertanya kepada Bunda Teresa.
“Bunda Teresa pada saat itu satu kelompok masyarakat yang menganut agama tertentu konflik dengan satu kelompok masyarakat lainnya, mengapa Bunda tidak mengajak mereka masuk kedalam gereja Katolik yang pada saat itu tidak terlibat dalam pertikaian ..?”
. Bunda Teresa menjawab
Saya datang ke Kalkuta bukan untuk menyebarkan agama Katolik tapi saya datang untuk menyebarkan perdamaian dan kasih dari Tuhan.
Banyak sekali ajaran-ajaran dari Bunda Teresa yang selalu kontroversial dengan berbagai pihak. Begitu juga cara hidup Bunda Teresa yang mengundang pertanyaan siapa saja yang menyaksikannya atau membaca kisah hidup Bunda Teresa. Disaat Bunda Teresa terserang penyakit TBC ( Tuberclosis ), saat itu pula penyakit yang menyerangnya dia kalahkan dengan berbagai aktivitas kemanusiaan.
Menurut Bunda Teresa hal yang membuat Bunda Teresa dan pengikut-pengikut Bunda Teresa kuat dalam perjuangan dan kerja-kerja kemanusiaan selama hidupnya adalah bahwa mereka memandang orang miskin dan hina dina itu adalah Yesus yang menyamar. Kalimat Yesus yang mengatakan ketika engaku memberikan kepada orang yang paling hina dina dihadapanmu maka engkau memberikan kepadaKU. Inilah yang membuat Bunda Teresa dan pengikut-pengikutnya menjadi sangat kuat dan betah dengan melayani dan mendampingi orang-orang miskin diseluruh dunia.
Selain kemiskinan Materi Bunda Teresa memiliki defenisi Kemiskinan yang lain. Bagi Bunda Teresa
Kemiskinan yang paling akut menurut Bunda Teresa adalah kemiskinan atas perhatian, cinta kasih dan keperdulian.
Inilah kemiskinan yang paling merasuki semua orang dan di dominasi oleh masyarakat yang hidup di Eropa dan Amerika. Kemiskinan model seperti inilah yang paling berdampak negatif dalam merusakan tatanan kehidupan moral masyarakat.
Banyaknya orang-orang yang ketergantungan dengan narkotika, tingkat aborsi yang tinggi, jumlah bunuh diri yang terus meningkat dan berbagai bentuk kejahatan-kejahatan lainnya yang menyakitkan secara kuantitatif dan kualitatif terus meningkat karna kita tidak perduli dan tidak perhatian satu dengan yang lainnya
. Inilah dampak dari ketidakperduli dan kemiskinan perhatian yang saat ini sedang dialami oleh seluruh dunia.
Ketika orang-orang di seluruh dunia cendrung melakukan seks bebas namun tidak siap kedatangan seorang anak atau tingkat pemerkosaan semakin tinggi maka aborsi menjadi tumbuh sangat subur. Bunda Teresa melihat ini adalah sumber malapetakan dan masalah yang sangat serius.
“Ketika seorang ibu melakukan aborsi maka yang meninggal ada 2 (dua). Yang pertama adalah janin yang ada dalam kandungan si ibu dan hati nurani dari si ibu itu sendiri. Jika seorang ibu sangat tega membunuh janin hidup yang ada dalam kandungannya maka tidak ada alasan lagi untuk si ibu itu juga tega membunuh orang lain”.
JIka ibu tidak suka akan kelahiran anaknya jangan membunuhnya berikan saja kepadaku aku akan merawatnya
Inilah keadaan yang sangat kritis bagi Ibu Teresa. Keadaan yang sangat sulit dimana ajaran moralitas dan kemanusiaan sudah mati dan terpinggirkan.
Banyak lagi hal-hal dan ajaran-ajaran Ibu Teresa yang membongkar kebobrokan manusia. Diantara dasi dan jas yang rapi atau pakaian berharga mahal dan wajah lembut manusia seakan-akan manusia itu sangat baik. Bunda Teresa membongkar sisi kelam kehidupan dan perilaku amoral manusia yang sangat sering tertutupi dari penampilan fisik manusia itu sendiri namun Bunda Teresa membongkar sampai keadaan manusia yang paling dalam.
Tidak sampai pada ajaran demi ajaran saja. Bahwa Bunda Teresa sudah menunjukkan betapa kalimat dan ajaran-ajaran itu tidak akan berbuah baik jika tidak masuk pada praktek kehidupan sehari-hari. Keputusan hidup yang menurut bahasa Bunda Teresa adalah “Panggilan Tuhan” merupakan sebuah bukti nyata bahwa Bunda Teresa tidak banyak bicara namun banyak menciptakan mahakarya.
Bunda Teresa meski secara fisik sudah meninggal namun karya dan peninggalannya serta ajaran – ajarannya akan tetap hidup dalam sepanjang segala masa.
Hal inilah yang membuat aku sangat terinsipirasi dengan kehidupan Bunda Teresa.