Akhir pekan lalu, penulis menyusuri sebuah kawasan perkampungan di Tana Toraja untuk mencari tahu tentang kisah cinta yang kabarnya terjadi sejak zaman kuno itu. Penulis mencoba mendatangi beberapa komunitas adat di daerah itu. Melalui Ketua Aliansi Masyarakat Adat (Ama) Tana Toraja, Yusuf Biringkanae, penulis lalu diarahkan ke Kecamatan Bonggakaradeng, sebuah kecamatan yang terletak di bagian barat Kota Makale (Ibukota Kabupaten Tana Toraja). Diyakini, kisah cinta Lebonna dan kekasihnya, Paerengan, terjadi di daerah itu. Nah, setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga jam dengan menggunakan kendaraan roda dua, penulis akhirnya sampai di Lembang (Desa) Bua Kayu, Kecamatan Bonggakaradeng.Di tempat ini, penulis bertemu dengan salah seorang tokoh masyarakat Lembang Bua Kayu bernama Pangloli, 67. Saat menanyakan kisah Lebonna, pria yang sudah cukup berumur ini lalu bergegas mengajak penulis naik ke rumah panggung miliknya.“Kalau mau bicara tentang Lebonna, kita harus menghabiskan kopi beberapa gelas,” kata Pangloli, penuh canda. Setelah duduk di teras rumahnya, Pangloli lalu bercerita tentang kisah cinta gadis cantik bernama Lebonna dengan seorang pria ganteng nan pemberani bernama Massudilalong Paerengan.Setelah lama berbincang dengan Pangloli, penulis juga menemui DB Paembang, 45, salah seorang pemerhati sejarah di Lembang Limbong Dewata, Kecamatan Bonggakaradeng. Juga Damaris Somba, 73, salah seorang pemuka kampung di Lembang Salu Barana, kecamatan yang sama.Ketiga tokoh masyarakat itu mempunyai cerita yang sama tentang kisah Lebonna. Dalam kisah itu, ketiganya membenarkan bahwa dahulu, seorang gadis cantik berkulit putih dan berambut panjang dari Kampung Bau, Kecamatan Bonggakaradeng bernama Lebonna, mempunyai kisah percintaan yang tragis. Kisah yang sampai sekarang dan mungkin di masa mendatang akan terus dikenang masyarakat di Tana Toraja.Kisah ini, memang bak dongeng. Juga sangat mirip dengan kisah cinta “Romeo-Juliet” yang berakhir tragis. Namun, masyarakat Tana Toraja meyakini kebenaran cerita Lebonna-Paerengan. Bahkan, lokasi pemakaman sepasang kekasih itu, sampai sekarang dipercaya masih ada. Damaris mengisahkan, Lebonna dikenal sebagai gadis yang paling cantik di kampungnya. Bahkan, mungkin di daerah Lepongan Bulan saat itu. Ia berkulit putih. Juga berambut hitam dan panjang. Hidungnya mancung. Mukanya bak boneka dan tinggi semampai. Hampir sempurna sebagai wanita secara fisik.Nah, dalam perjalanan hidupnya, ia kemudian menjadi rebutan para lelaki. Namun, Lebonna akhirnya jatuh hati kepada Massudilalong Paerengan, seorang pria ganteng yang juga dikenal pemberani dan sakti.Dalam jalinan hubungan asmaranya, kedua sejoli ini mengikat janji untuk sehidup semati. Tidak itu saja. Saat meninggal nanti, keduanya harus dimakamkan dalam satu peti mati.Seiring perjalanan waktu, hubungan asmara kedua pasangan ini semakin mesra. Banyak pria cemburu terhadap Paerengan karena berhasil merebut hati Lebonna. Di sisi lain, banyak juga wanita yang cemburu dengan Lebonna, karena berhasil merebut hati Paerengan, pemuda ganteng dan pemberani.Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba waktu itu muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakuan penyerbuan. Paerengan,--panggilan akrab Massudilalong-- yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Mereka berangkat ke medan perang yang dalam bahasa Toraja disebut “mangrari”. Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Akhir pekan lalu, penulis menyusuri sebuah kawasan perkampungan di Tana Toraja untuk mencari tahu tentang kisah cinta yang kabarnya terjadi sejak zaman kuno itu. Penulis mencoba mendatangi beberapa komunitas adat di daerah itu. Melalui Ketua Aliansi Masyarakat Adat (Ama) Tana Toraja, Yusuf Biringkanae, penulis lalu diarahkan ke Kecamatan Bonggakaradeng, sebuah kecamatan yang terletak di bagian barat Kota Makale (Ibukota Kabupaten Tana Toraja). Diyakini, kisah cinta Lebonna dan kekasihnya, Paerengan, terjadi di daerah itu. Nah, setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga jam dengan menggunakan kendaraan roda dua, penulis akhirnya sampai di Lembang (Desa) Bua Kayu, Kecamatan Bonggakaradeng.Di tempat ini, penulis bertemu dengan salah seorang tokoh masyarakat Lembang Bua Kayu bernama Pangloli, 67. Saat menanyakan kisah Lebonna, pria yang sudah cukup berumur ini lalu bergegas mengajak penulis naik ke rumah panggung miliknya.“Kalau mau bicara tentang Lebonna, kita harus menghabiskan kopi beberapa gelas,” kata Pangloli, penuh canda. Setelah duduk di teras rumahnya, Pangloli lalu bercerita tentang kisah cinta gadis cantik bernama Lebonna dengan seorang pria ganteng nan pemberani bernama Massudilalong Paerengan.Setelah lama berbincang dengan Pangloli, penulis juga menemui DB Paembang, 45, salah seorang pemerhati sejarah di Lembang Limbong Dewata, Kecamatan Bonggakaradeng. Juga Damaris Somba, 73, salah seorang pemuka kampung di Lembang Salu Barana, kecamatan yang sama.Ketiga tokoh masyarakat itu mempunyai cerita yang sama tentang kisah Lebonna. Dalam kisah itu, ketiganya membenarkan bahwa dahulu, seorang gadis cantik berkulit putih dan berambut panjang dari Kampung Bau, Kecamatan Bonggakaradeng bernama Lebonna, mempunyai kisah percintaan yang tragis. Kisah yang sampai sekarang dan mungkin di masa mendatang akan terus dikenang masyarakat di Tana Toraja.Kisah ini, memang bak dongeng. Juga sangat mirip dengan kisah cinta “Romeo-Juliet” yang berakhir tragis. Namun, masyarakat Tana Toraja meyakini kebenaran cerita Lebonna-Paerengan. Bahkan, lokasi pemakaman sepasang kekasih itu, sampai sekarang dipercaya masih ada. Damaris mengisahkan, Lebonna dikenal sebagai gadis yang paling cantik di kampungnya. Bahkan, mungkin di daerah Lepongan Bulan saat itu. Ia berkulit putih. Juga berambut hitam dan panjang. Hidungnya mancung. Mukanya bak boneka dan tinggi semampai. Hampir sempurna sebagai wanita secara fisik.Nah, dalam perjalanan hidupnya, ia kemudian menjadi rebutan para lelaki. Namun, Lebonna akhirnya jatuh hati kepada Massudilalong Paerengan, seorang pria ganteng yang juga dikenal pemberani dan sakti.Dalam jalinan hubungan asmaranya, kedua sejoli ini mengikat janji untuk sehidup semati. Tidak itu saja. Saat meninggal nanti, keduanya harus dimakamkan dalam satu peti mati.Seiring perjalanan waktu, hubungan asmara kedua pasangan ini semakin mesra. Banyak pria cemburu terhadap Paerengan karena berhasil merebut hati Lebonna. Di sisi lain, banyak juga wanita yang cemburu dengan Lebonna, karena berhasil merebut hati Paerengan, pemuda ganteng dan pemberani.Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba waktu itu muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakuan penyerbuan. Paerengan,--panggilan akrab Massudilalong-- yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Mereka berangkat ke medan perang yang dalam bahasa Toraja disebut “mangrari”. Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Melalui Ketua Aliansi Masyarakat Adat (Ama) Tana Toraja, Yusuf Biringkanae, penulis lalu diarahkan ke Kecamatan Bonggakaradeng, sebuah kecamatan yang terletak di bagian barat Kota Makale (Ibukota Kabupaten Tana Toraja). Diyakini, kisah cinta Lebonna dan kekasihnya, Paerengan, terjadi di daerah itu. Nah, setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga jam dengan menggunakan kendaraan roda dua, penulis akhirnya sampai di Lembang (Desa) Bua Kayu, Kecamatan Bonggakaradeng.Di tempat ini, penulis bertemu dengan salah seorang tokoh masyarakat Lembang Bua Kayu bernama Pangloli, 67. Saat menanyakan kisah Lebonna, pria yang sudah cukup berumur ini lalu bergegas mengajak penulis naik ke rumah panggung miliknya.“Kalau mau bicara tentang Lebonna, kita harus menghabiskan kopi beberapa gelas,” kata Pangloli, penuh canda. Setelah duduk di teras rumahnya, Pangloli lalu bercerita tentang kisah cinta gadis cantik bernama Lebonna dengan seorang pria ganteng nan pemberani bernama Massudilalong Paerengan.Setelah lama berbincang dengan Pangloli, penulis juga menemui DB Paembang, 45, salah seorang pemerhati sejarah di Lembang Limbong Dewata, Kecamatan Bonggakaradeng. Juga Damaris Somba, 73, salah seorang pemuka kampung di Lembang Salu Barana, kecamatan yang sama.Ketiga tokoh masyarakat itu mempunyai cerita yang sama tentang kisah Lebonna. Dalam kisah itu, ketiganya membenarkan bahwa dahulu, seorang gadis cantik berkulit putih dan berambut panjang dari Kampung Bau, Kecamatan Bonggakaradeng bernama Lebonna, mempunyai kisah percintaan yang tragis. Kisah yang sampai sekarang dan mungkin di masa mendatang akan terus dikenang masyarakat di Tana Toraja.Kisah ini, memang bak dongeng. Juga sangat mirip dengan kisah cinta “Romeo-Juliet” yang berakhir tragis. Namun, masyarakat Tana Toraja meyakini kebenaran cerita Lebonna-Paerengan. Bahkan, lokasi pemakaman sepasang kekasih itu, sampai sekarang dipercaya masih ada. Damaris mengisahkan, Lebonna dikenal sebagai gadis yang paling cantik di kampungnya. Bahkan, mungkin di daerah Lepongan Bulan saat itu. Ia berkulit putih. Juga berambut hitam dan panjang. Hidungnya mancung. Mukanya bak boneka dan tinggi semampai. Hampir sempurna sebagai wanita secara fisik.Nah, dalam perjalanan hidupnya, ia kemudian menjadi rebutan para lelaki. Namun, Lebonna akhirnya jatuh hati kepada Massudilalong Paerengan, seorang pria ganteng yang juga dikenal pemberani dan sakti.Dalam jalinan hubungan asmaranya, kedua sejoli ini mengikat janji untuk sehidup semati. Tidak itu saja. Saat meninggal nanti, keduanya harus dimakamkan dalam satu peti mati.Seiring perjalanan waktu, hubungan asmara kedua pasangan ini semakin mesra. Banyak pria cemburu terhadap Paerengan karena berhasil merebut hati Lebonna. Di sisi lain, banyak juga wanita yang cemburu dengan Lebonna, karena berhasil merebut hati Paerengan, pemuda ganteng dan pemberani.Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba waktu itu muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakuan penyerbuan. Paerengan,--panggilan akrab Massudilalong-- yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Mereka berangkat ke medan perang yang dalam bahasa Toraja disebut “mangrari”. Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Diyakini, kisah cinta Lebonna dan kekasihnya, Paerengan, terjadi di daerah itu. Nah, setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga jam dengan menggunakan kendaraan roda dua, penulis akhirnya sampai di Lembang (Desa) Bua Kayu, Kecamatan Bonggakaradeng.Di tempat ini, penulis bertemu dengan salah seorang tokoh masyarakat Lembang Bua Kayu bernama Pangloli, 67. Saat menanyakan kisah Lebonna, pria yang sudah cukup berumur ini lalu bergegas mengajak penulis naik ke rumah panggung miliknya.“Kalau mau bicara tentang Lebonna, kita harus menghabiskan kopi beberapa gelas,” kata Pangloli, penuh canda. Setelah duduk di teras rumahnya, Pangloli lalu bercerita tentang kisah cinta gadis cantik bernama Lebonna dengan seorang pria ganteng nan pemberani bernama Massudilalong Paerengan.Setelah lama berbincang dengan Pangloli, penulis juga menemui DB Paembang, 45, salah seorang pemerhati sejarah di Lembang Limbong Dewata, Kecamatan Bonggakaradeng. Juga Damaris Somba, 73, salah seorang pemuka kampung di Lembang Salu Barana, kecamatan yang sama.Ketiga tokoh masyarakat itu mempunyai cerita yang sama tentang kisah Lebonna. Dalam kisah itu, ketiganya membenarkan bahwa dahulu, seorang gadis cantik berkulit putih dan berambut panjang dari Kampung Bau, Kecamatan Bonggakaradeng bernama Lebonna, mempunyai kisah percintaan yang tragis. Kisah yang sampai sekarang dan mungkin di masa mendatang akan terus dikenang masyarakat di Tana Toraja.Kisah ini, memang bak dongeng. Juga sangat mirip dengan kisah cinta “Romeo-Juliet” yang berakhir tragis. Namun, masyarakat Tana Toraja meyakini kebenaran cerita Lebonna-Paerengan. Bahkan, lokasi pemakaman sepasang kekasih itu, sampai sekarang dipercaya masih ada. Damaris mengisahkan, Lebonna dikenal sebagai gadis yang paling cantik di kampungnya. Bahkan, mungkin di daerah Lepongan Bulan saat itu. Ia berkulit putih. Juga berambut hitam dan panjang. Hidungnya mancung. Mukanya bak boneka dan tinggi semampai. Hampir sempurna sebagai wanita secara fisik.Nah, dalam perjalanan hidupnya, ia kemudian menjadi rebutan para lelaki. Namun, Lebonna akhirnya jatuh hati kepada Massudilalong Paerengan, seorang pria ganteng yang juga dikenal pemberani dan sakti.Dalam jalinan hubungan asmaranya, kedua sejoli ini mengikat janji untuk sehidup semati. Tidak itu saja. Saat meninggal nanti, keduanya harus dimakamkan dalam satu peti mati.Seiring perjalanan waktu, hubungan asmara kedua pasangan ini semakin mesra. Banyak pria cemburu terhadap Paerengan karena berhasil merebut hati Lebonna. Di sisi lain, banyak juga wanita yang cemburu dengan Lebonna, karena berhasil merebut hati Paerengan, pemuda ganteng dan pemberani.Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba waktu itu muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakuan penyerbuan. Paerengan,--panggilan akrab Massudilalong-- yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Mereka berangkat ke medan perang yang dalam bahasa Toraja disebut “mangrari”. Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Di tempat ini, penulis bertemu dengan salah seorang tokoh masyarakat Lembang Bua Kayu bernama Pangloli, 67. Saat menanyakan kisah Lebonna, pria yang sudah cukup berumur ini lalu bergegas mengajak penulis naik ke rumah panggung miliknya.“Kalau mau bicara tentang Lebonna, kita harus menghabiskan kopi beberapa gelas,” kata Pangloli, penuh canda. Setelah duduk di teras rumahnya, Pangloli lalu bercerita tentang kisah cinta gadis cantik bernama Lebonna dengan seorang pria ganteng nan pemberani bernama Massudilalong Paerengan.Setelah lama berbincang dengan Pangloli, penulis juga menemui DB Paembang, 45, salah seorang pemerhati sejarah di Lembang Limbong Dewata, Kecamatan Bonggakaradeng. Juga Damaris Somba, 73, salah seorang pemuka kampung di Lembang Salu Barana, kecamatan yang sama.Ketiga tokoh masyarakat itu mempunyai cerita yang sama tentang kisah Lebonna. Dalam kisah itu, ketiganya membenarkan bahwa dahulu, seorang gadis cantik berkulit putih dan berambut panjang dari Kampung Bau, Kecamatan Bonggakaradeng bernama Lebonna, mempunyai kisah percintaan yang tragis. Kisah yang sampai sekarang dan mungkin di masa mendatang akan terus dikenang masyarakat di Tana Toraja.Kisah ini, memang bak dongeng. Juga sangat mirip dengan kisah cinta “Romeo-Juliet” yang berakhir tragis. Namun, masyarakat Tana Toraja meyakini kebenaran cerita Lebonna-Paerengan. Bahkan, lokasi pemakaman sepasang kekasih itu, sampai sekarang dipercaya masih ada. Damaris mengisahkan, Lebonna dikenal sebagai gadis yang paling cantik di kampungnya. Bahkan, mungkin di daerah Lepongan Bulan saat itu. Ia berkulit putih. Juga berambut hitam dan panjang. Hidungnya mancung. Mukanya bak boneka dan tinggi semampai. Hampir sempurna sebagai wanita secara fisik.Nah, dalam perjalanan hidupnya, ia kemudian menjadi rebutan para lelaki. Namun, Lebonna akhirnya jatuh hati kepada Massudilalong Paerengan, seorang pria ganteng yang juga dikenal pemberani dan sakti.Dalam jalinan hubungan asmaranya, kedua sejoli ini mengikat janji untuk sehidup semati. Tidak itu saja. Saat meninggal nanti, keduanya harus dimakamkan dalam satu peti mati.Seiring perjalanan waktu, hubungan asmara kedua pasangan ini semakin mesra. Banyak pria cemburu terhadap Paerengan karena berhasil merebut hati Lebonna. Di sisi lain, banyak juga wanita yang cemburu dengan Lebonna, karena berhasil merebut hati Paerengan, pemuda ganteng dan pemberani.Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba waktu itu muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakuan penyerbuan. Paerengan,--panggilan akrab Massudilalong-- yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Mereka berangkat ke medan perang yang dalam bahasa Toraja disebut “mangrari”. Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.“Kalau mau bicara tentang Lebonna, kita harus menghabiskan kopi beberapa gelas,” kata Pangloli, penuh canda. Setelah duduk di teras rumahnya, Pangloli lalu bercerita tentang kisah cinta gadis cantik bernama Lebonna dengan seorang pria ganteng nan pemberani bernama Massudilalong Paerengan.Setelah lama berbincang dengan Pangloli, penulis juga menemui DB Paembang, 45, salah seorang pemerhati sejarah di Lembang Limbong Dewata, Kecamatan Bonggakaradeng. Juga Damaris Somba, 73, salah seorang pemuka kampung di Lembang Salu Barana, kecamatan yang sama.Ketiga tokoh masyarakat itu mempunyai cerita yang sama tentang kisah Lebonna. Dalam kisah itu, ketiganya membenarkan bahwa dahulu, seorang gadis cantik berkulit putih dan berambut panjang dari Kampung Bau, Kecamatan Bonggakaradeng bernama Lebonna, mempunyai kisah percintaan yang tragis. Kisah yang sampai sekarang dan mungkin di masa mendatang akan terus dikenang masyarakat di Tana Toraja.Kisah ini, memang bak dongeng. Juga sangat mirip dengan kisah cinta “Romeo-Juliet” yang berakhir tragis. Namun, masyarakat Tana Toraja meyakini kebenaran cerita Lebonna-Paerengan. Bahkan, lokasi pemakaman sepasang kekasih itu, sampai sekarang dipercaya masih ada. Damaris mengisahkan, Lebonna dikenal sebagai gadis yang paling cantik di kampungnya. Bahkan, mungkin di daerah Lepongan Bulan saat itu. Ia berkulit putih. Juga berambut hitam dan panjang. Hidungnya mancung. Mukanya bak boneka dan tinggi semampai. Hampir sempurna sebagai wanita secara fisik.Nah, dalam perjalanan hidupnya, ia kemudian menjadi rebutan para lelaki. Namun, Lebonna akhirnya jatuh hati kepada Massudilalong Paerengan, seorang pria ganteng yang juga dikenal pemberani dan sakti.Dalam jalinan hubungan asmaranya, kedua sejoli ini mengikat janji untuk sehidup semati. Tidak itu saja. Saat meninggal nanti, keduanya harus dimakamkan dalam satu peti mati.Seiring perjalanan waktu, hubungan asmara kedua pasangan ini semakin mesra. Banyak pria cemburu terhadap Paerengan karena berhasil merebut hati Lebonna. Di sisi lain, banyak juga wanita yang cemburu dengan Lebonna, karena berhasil merebut hati Paerengan, pemuda ganteng dan pemberani.Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba waktu itu muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakuan penyerbuan. Paerengan,--panggilan akrab Massudilalong-- yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Mereka berangkat ke medan perang yang dalam bahasa Toraja disebut “mangrari”. Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Setelah lama berbincang dengan Pangloli, penulis juga menemui DB Paembang, 45, salah seorang pemerhati sejarah di Lembang Limbong Dewata, Kecamatan Bonggakaradeng. Juga Damaris Somba, 73, salah seorang pemuka kampung di Lembang Salu Barana, kecamatan yang sama.Ketiga tokoh masyarakat itu mempunyai cerita yang sama tentang kisah Lebonna. Dalam kisah itu, ketiganya membenarkan bahwa dahulu, seorang gadis cantik berkulit putih dan berambut panjang dari Kampung Bau, Kecamatan Bonggakaradeng bernama Lebonna, mempunyai kisah percintaan yang tragis. Kisah yang sampai sekarang dan mungkin di masa mendatang akan terus dikenang masyarakat di Tana Toraja.Kisah ini, memang bak dongeng. Juga sangat mirip dengan kisah cinta “Romeo-Juliet” yang berakhir tragis. Namun, masyarakat Tana Toraja meyakini kebenaran cerita Lebonna-Paerengan. Bahkan, lokasi pemakaman sepasang kekasih itu, sampai sekarang dipercaya masih ada. Damaris mengisahkan, Lebonna dikenal sebagai gadis yang paling cantik di kampungnya. Bahkan, mungkin di daerah Lepongan Bulan saat itu. Ia berkulit putih. Juga berambut hitam dan panjang. Hidungnya mancung. Mukanya bak boneka dan tinggi semampai. Hampir sempurna sebagai wanita secara fisik.Nah, dalam perjalanan hidupnya, ia kemudian menjadi rebutan para lelaki. Namun, Lebonna akhirnya jatuh hati kepada Massudilalong Paerengan, seorang pria ganteng yang juga dikenal pemberani dan sakti.Dalam jalinan hubungan asmaranya, kedua sejoli ini mengikat janji untuk sehidup semati. Tidak itu saja. Saat meninggal nanti, keduanya harus dimakamkan dalam satu peti mati.Seiring perjalanan waktu, hubungan asmara kedua pasangan ini semakin mesra. Banyak pria cemburu terhadap Paerengan karena berhasil merebut hati Lebonna. Di sisi lain, banyak juga wanita yang cemburu dengan Lebonna, karena berhasil merebut hati Paerengan, pemuda ganteng dan pemberani.Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba waktu itu muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakuan penyerbuan. Paerengan,--panggilan akrab Massudilalong-- yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Mereka berangkat ke medan perang yang dalam bahasa Toraja disebut “mangrari”. Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Ketiga tokoh masyarakat itu mempunyai cerita yang sama tentang kisah Lebonna. Dalam kisah itu, ketiganya membenarkan bahwa dahulu, seorang gadis cantik berkulit putih dan berambut panjang dari Kampung Bau, Kecamatan Bonggakaradeng bernama Lebonna, mempunyai kisah percintaan yang tragis. Kisah yang sampai sekarang dan mungkin di masa mendatang akan terus dikenang masyarakat di Tana Toraja.Kisah ini, memang bak dongeng. Juga sangat mirip dengan kisah cinta “Romeo-Juliet” yang berakhir tragis. Namun, masyarakat Tana Toraja meyakini kebenaran cerita Lebonna-Paerengan. Bahkan, lokasi pemakaman sepasang kekasih itu, sampai sekarang dipercaya masih ada. Damaris mengisahkan, Lebonna dikenal sebagai gadis yang paling cantik di kampungnya. Bahkan, mungkin di daerah Lepongan Bulan saat itu. Ia berkulit putih. Juga berambut hitam dan panjang. Hidungnya mancung. Mukanya bak boneka dan tinggi semampai. Hampir sempurna sebagai wanita secara fisik.Nah, dalam perjalanan hidupnya, ia kemudian menjadi rebutan para lelaki. Namun, Lebonna akhirnya jatuh hati kepada Massudilalong Paerengan, seorang pria ganteng yang juga dikenal pemberani dan sakti.Dalam jalinan hubungan asmaranya, kedua sejoli ini mengikat janji untuk sehidup semati. Tidak itu saja. Saat meninggal nanti, keduanya harus dimakamkan dalam satu peti mati.Seiring perjalanan waktu, hubungan asmara kedua pasangan ini semakin mesra. Banyak pria cemburu terhadap Paerengan karena berhasil merebut hati Lebonna. Di sisi lain, banyak juga wanita yang cemburu dengan Lebonna, karena berhasil merebut hati Paerengan, pemuda ganteng dan pemberani.Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba waktu itu muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakuan penyerbuan. Paerengan,--panggilan akrab Massudilalong-- yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Mereka berangkat ke medan perang yang dalam bahasa Toraja disebut “mangrari”. Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Kisah ini, memang bak dongeng. Juga sangat mirip dengan kisah cinta “Romeo-Juliet” yang berakhir tragis. Namun, masyarakat Tana Toraja meyakini kebenaran cerita Lebonna-Paerengan. Bahkan, lokasi pemakaman sepasang kekasih itu, sampai sekarang dipercaya masih ada. Damaris mengisahkan, Lebonna dikenal sebagai gadis yang paling cantik di kampungnya. Bahkan, mungkin di daerah Lepongan Bulan saat itu. Ia berkulit putih. Juga berambut hitam dan panjang. Hidungnya mancung. Mukanya bak boneka dan tinggi semampai. Hampir sempurna sebagai wanita secara fisik.Nah, dalam perjalanan hidupnya, ia kemudian menjadi rebutan para lelaki. Namun, Lebonna akhirnya jatuh hati kepada Massudilalong Paerengan, seorang pria ganteng yang juga dikenal pemberani dan sakti.Dalam jalinan hubungan asmaranya, kedua sejoli ini mengikat janji untuk sehidup semati. Tidak itu saja. Saat meninggal nanti, keduanya harus dimakamkan dalam satu peti mati.Seiring perjalanan waktu, hubungan asmara kedua pasangan ini semakin mesra. Banyak pria cemburu terhadap Paerengan karena berhasil merebut hati Lebonna. Di sisi lain, banyak juga wanita yang cemburu dengan Lebonna, karena berhasil merebut hati Paerengan, pemuda ganteng dan pemberani.Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba waktu itu muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakuan penyerbuan. Paerengan,--panggilan akrab Massudilalong-- yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Mereka berangkat ke medan perang yang dalam bahasa Toraja disebut “mangrari”. Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Damaris mengisahkan, Lebonna dikenal sebagai gadis yang paling cantik di kampungnya. Bahkan, mungkin di daerah Lepongan Bulan saat itu. Ia berkulit putih. Juga berambut hitam dan panjang. Hidungnya mancung. Mukanya bak boneka dan tinggi semampai. Hampir sempurna sebagai wanita secara fisik.Nah, dalam perjalanan hidupnya, ia kemudian menjadi rebutan para lelaki. Namun, Lebonna akhirnya jatuh hati kepada Massudilalong Paerengan, seorang pria ganteng yang juga dikenal pemberani dan sakti.Dalam jalinan hubungan asmaranya, kedua sejoli ini mengikat janji untuk sehidup semati. Tidak itu saja. Saat meninggal nanti, keduanya harus dimakamkan dalam satu peti mati.Seiring perjalanan waktu, hubungan asmara kedua pasangan ini semakin mesra. Banyak pria cemburu terhadap Paerengan karena berhasil merebut hati Lebonna. Di sisi lain, banyak juga wanita yang cemburu dengan Lebonna, karena berhasil merebut hati Paerengan, pemuda ganteng dan pemberani.Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba waktu itu muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakuan penyerbuan. Paerengan,--panggilan akrab Massudilalong-- yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Mereka berangkat ke medan perang yang dalam bahasa Toraja disebut “mangrari”. Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Nah, dalam perjalanan hidupnya, ia kemudian menjadi rebutan para lelaki. Namun, Lebonna akhirnya jatuh hati kepada Massudilalong Paerengan, seorang pria ganteng yang juga dikenal pemberani dan sakti.Dalam jalinan hubungan asmaranya, kedua sejoli ini mengikat janji untuk sehidup semati. Tidak itu saja. Saat meninggal nanti, keduanya harus dimakamkan dalam satu peti mati.Seiring perjalanan waktu, hubungan asmara kedua pasangan ini semakin mesra. Banyak pria cemburu terhadap Paerengan karena berhasil merebut hati Lebonna. Di sisi lain, banyak juga wanita yang cemburu dengan Lebonna, karena berhasil merebut hati Paerengan, pemuda ganteng dan pemberani.Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba waktu itu muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakuan penyerbuan. Paerengan,--panggilan akrab Massudilalong-- yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Mereka berangkat ke medan perang yang dalam bahasa Toraja disebut “mangrari”. Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Dalam jalinan hubungan asmaranya, kedua sejoli ini mengikat janji untuk sehidup semati. Tidak itu saja. Saat meninggal nanti, keduanya harus dimakamkan dalam satu peti mati.Seiring perjalanan waktu, hubungan asmara kedua pasangan ini semakin mesra. Banyak pria cemburu terhadap Paerengan karena berhasil merebut hati Lebonna. Di sisi lain, banyak juga wanita yang cemburu dengan Lebonna, karena berhasil merebut hati Paerengan, pemuda ganteng dan pemberani.Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba waktu itu muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakuan penyerbuan. Paerengan,--panggilan akrab Massudilalong-- yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Mereka berangkat ke medan perang yang dalam bahasa Toraja disebut “mangrari”. Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Seiring perjalanan waktu, hubungan asmara kedua pasangan ini semakin mesra. Banyak pria cemburu terhadap Paerengan karena berhasil merebut hati Lebonna. Di sisi lain, banyak juga wanita yang cemburu dengan Lebonna, karena berhasil merebut hati Paerengan, pemuda ganteng dan pemberani.Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba waktu itu muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakuan penyerbuan. Paerengan,--panggilan akrab Massudilalong-- yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Mereka berangkat ke medan perang yang dalam bahasa Toraja disebut “mangrari”. Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Namun, takdir berkata lain. Tiba-tiba waktu itu muncul kabar bahwa daerah tetangga akan melakuan penyerbuan. Paerengan,--panggilan akrab Massudilalong-- yang memang dikenal sebagai ksatria, diminta untuk memimpin pasukan. Mereka berangkat ke medan perang yang dalam bahasa Toraja disebut “mangrari”. Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Sementara Lebonna, tinggal di kampung menunggu. Ia menenun kain untuk menghilangkan kejenuhan menunggu sang kekasih. Namun, saat terjadi pertempuran, salah seorang anak buah Paerengan diam-diam lari dari medan pertempuran. Ia pulang ke kampung. Tujuannya, bagaimana merebut hati Lebonna yang kini ditinggal Paerengan. Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Caranya, ia mengarang cerita bohong bahwa Paerengan tewas di medan perang. Ia menyampaikan kabar bohong ke Lebonna dengan cara berpura-pura sedih.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Lebonna waktu itu, kata Damaris, terkejut dan tidak terima kabar kematian sang kekasih. Ia bahkan mengurung diri beberapa hari dan tak mau makan. “Kerjanya hanya menangis terus,” ungkap Damaris, mengisahkan. Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Usaha salah seorang anak buah Paerengan yang kabur dari medan perang itu, ternyata juga tak membuahkan hasil. Pasalnya, Lebonna bergeming sedikit pun. Cintanya, memang hanya untuk Paerengan.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.Damaris juga menceritakan, siang-malam, Lebonna mengingat janji yang telah disepakati bersama Paerengan. Singkatnya, Lebonna memilih jalan pintas. Ia tak mau mengkhianati cinta kekasihnya, Paerengan. Akhirnya, ia memenuhi janjinya untuk sehidup semati dengan kekasihnya. Caranya, ia menggantung diri menggunakan seutas tali. “Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.“Mungkin Lebonna berpikir tidak ada lagi gunanya hidup. Itu karena kekasihnya yang tercinta, Paerengan, telah gugur di medan perang. Sementara mereka telah mengikat janji untuk sehidup-semati,” kata Pangloli.
Disadur dari web teman di Tana Toraja:
KABUPATEN Tana Toraja, tidak hanya terkenal dengan budayanya yang unik. Daerah yang juga dikenal luas wisatawan manca negara itu, ternyata menyimpan cerita tentang sepasang kekasih yang berjanji sehidup-semati. Kisah cinta yang sudah lama terkenal di Tana Toraja sebelum kisah percintaan “Romeo and Juliet” difilmkan. KISAH Lebonna, sudah lama mengakar di daerah bergelar Lepongan Bulan itu. Cerita yang mengisahkan dua sejoli yang dimabuk asmara itu, sepertinya tak akan pernah hilang. Bagaimana kisahnya?